Minggu, 14 Oktober 2012

etika sebagai seorang mahasiswa dan anak

Pengertian Filsafat


Kata ‘Filsafat” berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “Philos” dan “Sophia”. Philos artinya cinta yang sangat mendalam, dan Sophia artinya kearifan atau kebijakan. Jadi, arti filsafat secara harfiah adalah cinta yang sangat mendalam terhadap kearafin atau kebijakan. Istilah filsafat sering dipergunakan secara populer dalam kehidupan sehari-hari, baik secara sadar maupun tidak sadar. Dalam penggunaan secara populer, filsafat dapat diartikan sebagai suatu pendirian hidup (individu), dan dapat juga disebut pandangan hidup (masyarakat). Secara populer misalnya kita sering mendengar : “saya tidak suka terhadap filsafat ands tentang bisnis”, “pancasila merupakan satu-satunya filsafat hidup bangsa Indonesia”. Henderson (1059 : 16) mengemukakan : “populary, philosophy means one’s general veew of life of men, of ideals, and of valies, in the sense everyone has a philosophy of life”.
Di jerman di bedakan antara filsafat dengan pandang hidup kritis yang sangat mendalam sampai keakar-akarnya. Dalam pengertian lain, filsafat diartikan sebagai interprestasi atau evalusi terhadap apa yang penting atau yang berarti dalam kehidupan. Di pihak lain ada yang beranggapan bahwa filsafat sebagai cara berpikir yang kompleks, suatu pandangan yang tidak memiliki kegunaan praktis. Ada pula yang beranggapan, bahwa para filosof telah bergantung jawab terhadap cita-cita dan kultur masyarakat tertentu. Seperti halnya Karl Marx dan Federick Engels telah menciptakan komunisme. Thomas Jefferson dan John Stuart Mill telah mengembangkan suatu teori yang dianut dalam masyarakat demokratis. John Dewey adalah peletak dasar kehidupan pragmatis di Amerika.


Filsafat dapat dipelajari secara akademis, diartikan sebagai suatu pandangan kritis yang sangat mendalam sampai ke akar-akarnya (radix) mengenai segala sesuatu yang ada (wujud). “philosophy means the attempt to conceive and present inclusive and systematic view of universe and man’s in it”. (Herderson, 1959:16). Demikian Herderson mengatakan. Filsafat mencoba mengajukan suatu konsep tentang alam semesta secara sistemtis dan inklusif dimana manusia berada di dalamnya. Oleh karena itu, filosof lebih sering menggunakan intelegensi yang tinggi dibandingkan dengan ahli sains dalam memecahkan masalah-masalah hidupnya.


Filsafat dapat diartikan juga sebagai “Berpikir reflektif dan kritis’ (reflektif and critical thinking). Namun, Randall dan Buchler (1942) memberiakan kritik terhadap pengertian tersebut, dengan mengemukakan bahwa defenisi tersebut tidak memuaskan karena beberapa alasan, yaitu : 1) tidak menunjukan karakteristik yang berbeda antara berpikir filosofi dengan fungsi-fungsi kebudayaan dan sejarah, 2) para ilmuwan juga berpikir reflektif dan kritis, padahal antara sains dan filsafat berbeda, 3) ahli hukum, ahli ekonomi, juga ibu rumah tangga sewaktu-waktu berpikir reflektif dan kritis, padahal mereka bukan filosof atau ilmuan.


Filsafat Menurut Plato :
Ilmu yang berupaya untuk memahami hakikat alam dan realitas ada dengan mengandalkan akal budi
Filsafat Menurut Aristoteles :
Ilmu pengetahuan yang senansiasa berupaya mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab dari realitas ada.
Filsafat menurut William James :
Suatu upaya yang luar biasa hebat untuk berfikir yang jelas dan terang.
Filsafat menurut R.F.Beerling
Suatu usaha untuk mencapai radix atau akar kenyataan dunia wujud, juga akar pengetahuan tentang diri sendiri.
Filsafat menurut Rene Descartes
Himpunan dari segala pengetahuan yang pangkal penyidiknya adalah mengenai tuhan, alam dan manusia.

B. MODEL-MODEL FILSAFAT


Filsafat sebagai metode berpikir, maupun sebagai hasil berpikir radikal, sistimatis, dan universal tentang segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada, dapat dibedakan menjadi tiga model, yaitu filsafat spekulatif, filsafat preskriptif dan filsafat analitik.


1.      Filsafat Spekulatif


Filsafat spekulatif adalah cara berpikir sistimais tentang segala yang ada. Mengapa mereka menggunakan cara berpikir cara demikian? Mengapa mereka tidak mencari kandungan yang tersurat, seperti halnya ahli sains mempelajari aspek khusus realita? Jawaban-nya adalah bahwa jiwa manusia ingin meliha segala sesuatu sebagai sesuatu keseluruhan. Mereka ingin memahami bagaimana menemukan totalitas yang bermakna dari realitas yang berbeda dan beraneka ragam.
Filsafat spekulatif tergolong filsafat tradisional. Dalam hal ini filsafat dianggap sebagai sesuatu bangunan pengetahuan (body of knowledge). Filsafat Yunani kuno, seperti filsafat Socrates, Plato, Aristoteles, dan filsafat lainnya, dapat dijadikan paradigma bagi seluruh filsafat spekulatif. Filsafat spekulaitf merenungkan secara rasional spekulatif seluruh persoalan manusia dalam hubungannya dengan segala yang ada pada jagat raya ini. Filsafat berusaha untuk menjawab suluruh pertanyaan yang berkaitan dengan manusia : eksisitensinya, fitrahnya di alam semesta ini, dan hubungannya dengan kekuatan-kekuatan supernatural. Filsafat spekulatif memiliki rasa kebebasan untuk membicarakan apa saja yang ia sukai. Mereka berasumsi bahwa manusia memiliki kekuatan intelektual yang sangat tinggi, sehingga Aritoteles sendiri mengemukakan bahwa manusia merupakan : animal rationale. Dengan penalaran intelektualnya, mereka berusha membangun pemikiran tentang manusia dan masyarakat.


Plato sebagai pelopor filsafat idealisme klasik membahas semua persoalan yang berkaitan dengan manusia, masyarakat, dan eksistensi manusia dalam lama ini. Ia bebicara tetentang susunan masyarakat, politik (pemerintahan), nilai/moral, pengetahuan dan kebenaran, dan juga sampai pembicaraan kekuatan supernatural Aristoteles sebagai pelopor realisme klasik membicarakan politik biologi, fisika, nilai abadi, badan, dan jiwa. John Dewey membangun filsafat pragmatisme, berbicara tentang manusia, jagat raya yang bersifat fisik dan natural, berbicara tentang pengetahuan empiris dan teruji oleh pengalaman, dan juga berbicara tentang nilai. Tetapi, filsafat Dewey tidak sampai pada pembicaraan supernatural. Pada dasarnya Dewey berpikir spekulatif, walaupun pada akhirnya ia berpandangan eksperimental.


Filsafat spekulatif mencari keteraturan dan keseluruhan yang diterapkan, bukan pada suatu intem pengalaman khusus, melainkan pada semua pengalaman dan pengetahuan. Singkatnya, filsafat spekulatif adalah suatu upaya mencari dan menemukan hubungan dalam keseluruhan alam berpikir dan keseluruhan pengalaman.

2. Filsafat Preskrpitif


Filsafat preskriptif berusaha untuk menghasilkan suatu ukuran (standard) penilain tentang nilai-nilai, penilaian tentang perbuatan manusia, dan penilaian tentang seni. Filsafat preskriptif menguji apa yang disebut baik dan jahat, benar dan salah, bagus dan jelek. Ia menyatakan bahwa nilai dari suatu benda pada dasarnya inheren dalam dirinya, atau hanya merupakan suatu gambaran dari pikiran manusia.


Bagi ahli psikologi eksperimental, keanekaragaman perbuatan manusia secara moral bukan baik dan bukan jahat, melainkan merupakan suatu bentuk sederhana dari tingkah laku yang dipelajari secara empiris. Bagi pendidik dan ahli filsafat preskriptif, menilai suatu perilaku ada yang bermanfaat dan ada yang tidak bermanfaat. Ahli filsafat preskriptif berusaha menemukan dan megajarkan prinsip-prinsip perbuatan yang bermanfaat, dan mengapa harus demikian. Jadi, filsafat preskriptif, memberi resep tentang perbuatan atau perilaku manusia yang bermanfaat.


2.      Filsafat Analitik


Model analitik terdapat dua golongan, yaitu analitik linguistik dan analitik postifistik logis. Model analitik linguistik mengandung arti bahwa filsafat sebagai analisa logis tentang bahasa dan penjelasan makna istilah. Para filosof memakai metoda analitik linguistik untuk menjelaskan arti suatu istilah dan pemakaian bahasa. Beberapa filsuf mengatakan bahwa analis tentang bahasa merupakan tugas pokok filsafat dan tugas analisis cones sebagai satu-satunya fungsi filsafat. Para filsuf analitik seperti G.E Moore, Bertrand Russell, G.Ryle, dan yang lainnya bependapat bahwa tujuan filsafat adalah menyingkirkan kekaburan-kekaburan dengan cara menjelaskan arti istilah atau ungkapan yang dipakai dalam ilmu pengetahuan dan dalam kehidupan sehari-sehari. Mereka berpendirian bahwa bahasa merupakan laboraterium para filsuf, yaitu tempat menyamai dan mengembangkan ide-ide. Menurut Wittgenstein tanpa penggunaan logika bahasa, pernyataan-pernyataan akan tidak bermakna.




Definisi Etika
Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupa¬kan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghin-dari hal-hal tindakan yang buruk.Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Etika adalah Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu:


• Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup (sila) yang lebih baik (su).
• Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.
Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelas¬kan tentang pembahasan Etika, sebagai berikut:
• Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
• Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.



Pengertian etika menurut para ahli :
Etika menurut Poerwadarminta :
Ilmu pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral)
Etika menurut Rosita noer
Etika adalah ajaran (normatif) dan pengetahuan (positif) tentang yang baik dan yang buruk, menjadi tuntutan untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik.
etika menurut Wikipedia
Etika (Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Pengertian etika menurut Drs. O.P. Simorangkir
Etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
pengertian etika menurut Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat
Etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
pengertian etika menurut Drs. H. Burhanudin Salam
Etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai norma dan moral yang menentukan perilaku manusia dalam hidupnya.


Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya; antara lain:


1. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari hak (The principles of morality, including the science of good and the nature of the right)
2. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of human actions)
3. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral seba¬gai individual. (The science of human character in its ideal state, and moral principles as of an individual)
4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty)
5. Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.

Etika terbagi atas dua :
Etika umum ialah etika yang membahas tentang kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia itu bertindak secara etis. Etika inilah yang dijadikan dasar dan pegangan manusia untuk bertindak dan digunakan sebagai tolok ukur penilaian baik buruknya suatu tindakan.


Etika khusus ialah penerapan moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus misalnya olah raga, bisnis, atau profesi tertentu. Dari sinilah nanti akan lahir etika bisnis dan etika profesi (wartawan, dokter, hakim, pustakawan, dan lainnya).


Etika Saya Sebagai Mahasiswa
1. Datang tepat waktu ke kampus
2. Berpakaian yang rapi dan sopan
3. Kita harus memperhatikan guru atau dosen yang sedang menjelaskan materi
4. Jika kita ingin ke belakang kita meminta ijin terlebih dahulu kepada guru atau dosen.
5. Bertutur kata yang sopan, baik dan benar dengan guru atau dosen.
6. Duduk ditempat duduk yang disediakan dan duduk yang baik. 
7. Kita hendaknya menyapa dosen atau guru dengan sapaan pak atau bu meskipun dosen atau guru tersebut umurnya tidak jauh berbeda dengan kita.

Etika Saya Sebagai Seorang Anak
1.      Harus berbakti kepada orang tua
2.      Harus menuruti perintah yang diberikan orang tua
3.      Berkata jujur kepada orang tua
4.      Menjaga nama baik keluarga


Daftar Pustaka :

Hendrik Rapar, Jan, Pengantar Filsafat, 1996, Kanisius, Yogyakarta
Bertens, K, Etika, Gramedia, Jakarta
http://marskrip.blogspot.com/2009/12/pengertian-filsafat.html
http://for7delapan.wordpress.com/2012/06/22/pengertian-etika-menurut-para-ahli/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

friend